Sunday, August 4, 2013

Bangsa Melayu

Melayu sebagai Bangsa

Melemahnya Empayar Sri Wijaya akibat serangan Raja Chola ke Pusat Sri Wijaya di Kedah dari koromandel, akhirnya timbul Empayar baru yang mewarisi kota kota Sri Wijaya selepas jatuhnya kedah di serang Chola dan Maharaja Sri Sangrama Vijayatunggavarman yang bersemanyam di Kedah.(Inskripsi Tanjore)

Kerajaan Melayu yang berpusat di Dharmasraya telah menjadi sebuah pusat baru gabungan negeri negeri bekas wilayah Sri Wijaya  selepas jatuhnya kerajaan Sriwijaya pada 1025. Selepas serangan dari Rajendra raja Chola dari Koromandel, pihak berkuasa dinastiSailendra ke atas pulau-pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu menjadi semakin lemah.

Ramai bangsawan Sriwijaya yang melarikan diri ke pedalaman, terutama ke hulu sungai Batang Hari. Mereka kemudian bergabung dengan Kerajaan Melayu Tua yang sudah lebih dulu ada di daerah tersebut,
Empayar yang di namakan Empayar Melayu yang bertukar pusat ke Dharmanisya dan Nama Melayu sebagai rakyat dan Bangsa Empayar Melayu. Sebagai waris Empayar Sri Wijaya.
Setelah itu Pusat Empayar Melayu berpindah ke Melaka dan seterus nya ke Johor Riau Lingga.
Jestru itu melayu adalah nama Empayar/kerajaan yang Meliputi  Champa, Thailand, Indonesia dan Malaysia di mana Dharmasraya mengambil pupuk pimpinan dari Kedah.

Sesetengah waktu kemudian datang dinasti baru yang mengambil alih peranan Dinasti Sailendra, digelar dengan nama dinasti Mauli.
Inskripsi yang mana nama Dharmasraya dan nama raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa bermuncul juga berasal dari abadi  ke-13, ternyata inskripsi Padang Roco di keliling kepala perairan Batang Hari (kini Dharmasraya di Sumatera Barat), bertarikh 1286. Tetapi sebelum itu, pada 1183, dari inskripsi Grahi di Chaiya (Selatan Thailand), Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa nama raja Kerajaan Melayu juga muncul
Jestru rakyat di bawah kerajaan Melayu yang mengambil alih sri wijaya membahasakan diri mereka sebagai rakyat Melayu.

Dharmasraya.
Dharmasraya dalam Pararaton merupakan ibukota dari negeri bhumi malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.

Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.

Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja dan Tribhuwanaraja berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali Kerajaan Malayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Srimat Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi.



Daerah Kekuasaan Dharmasraya
Dalam naskah berjudul Zhufan Zhi (諸蕃志) karya Zhao Rugua tahun 1225 disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch'ai-ya atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah Terengganu sekarang), Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Aceh sekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai Sunda.

Jestru kerna ini lah sebahagian dari rakyat di kawasan ini dengan jelas memanggil diri mereka sebagai Melayu. Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasra
Kaitan Kerajaan Melayu berpusat di Dharmasraya dan Majapahit.
Menurut Pararaton, nama asli Jayanagara adalah Raden Kalagemet putra Raden Wijaya dan Dara Petak. Ibunya ini berasal dari Kerajaan Dharmasraya di Pulau Sumatra. Ia dibawa Kebo Anabrang ke tanah Jawa sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit.
Jayanagara juga menghadapi pemberontakan kerana ia adalah darah campuran Melayu dan Berjaya menundukkan pemberontakan.

Jestru Jayanagara mengirim sepupunya Adiyawarman, anak dara jingga sebagai Diplomat China Adiyawarman menjadi Maharaja Melayu di Dharmasraya dan kemudiannya memindahkan pusatnya ke pendalaman Minangkabau dan menamakan kerajaannya Melayupura. Kemudiannya di kenali sebagai pagar ruyung. (Jestru kita dapat melihat kaitan Melaka sebagai pusat baru Melayu dan Pagar Ruyung ). penemuan Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan berasal dari zaman Adityawarman. Naskah tersebut menyebutkan tentang adanya Maharaja Dharmasraya. Jika dikaitkan dengan piagam yang dipahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, Adityawarman bergelar Maharajadiraja dan membawahi Dharmasraya dan Palembang

Setelah kematian Adiyawarman , hubungan Melayu dan Majapahit menjadi tegang , Peperangan antara keluarga kerana Klaim ke atas takta Majapahit. Parameswara  yang menikahi puteri Majapahit Kertawardana dan terlibat dalam konflik keluarga dan di halau dari Sumatera. Selain itu, beliau masih kerabat dari Ananggavarman atau Ananggawarman, (anak dari Adityawarman) yang tidak mempunyai putera. Putera Melayu terakhir Parameswara menubuhkan Kesultanan Melayu Melaka,
Empayar Kesutanan Melayu Malaka adalah kesinambun waris  waris Sri Wijaya /Melayu yang bangun kembali.

Jestru itu Melayu adalah penduduk Asal  Semenanjung dan telah membina kerajaan Kerajaan kerajaan Hebat seperti Kedah , Langkasuka, Kelantan dan bergabung dengan saudara di Sumatera dalam Emperium Kerajaan Melayu selepas Sri Wijaya.